Cosplay, Adaptasi Budaya Jepang yang Menjadi Trand Bandung


COSPLAY : Rangga (23) mengenakan kostum Tokusatsu hasil buatannya.

Seperti yang kita ketahui, Jepang merupakan sebuah negara yang kaya akan beragam kreasi. Dari mulai komik, musik, permainan, hingga beragam kreasi yang seringkali ditampilkan menjadi sebuah film kartun maupun action. Tak ayal, kreasi masyarakat Negri Sakura tersebut banyak menginspirasi anak muda kota Bandung untuk meniru tokoh idolanya.

Para penggemar dari beragam kreasi Jepang tersebut lebih dikenal dengan nama Costume Player (Cosplay). Cosplay itu sendiri adalah mereka yang memerankan tokoh atau karakter Jepang, dari mulai tingkah laku, kostum hingga cara bicara yang dibuat semirip mungkin dengan tokoh aslinya.

Rangga Wastu Abdilah (23) misalnya, saking tergila-gila dengan cosplay, ia bahkan rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk membuat beragam kostum dari tokoh Jepang idolanya. “Kalau dari semua koleksi saya, tokoh saya paling saya suka Kamen Rider sama Saint Saiya,” ujar kolektor dari 30 buah cosplay tersebut, saat di temui Penulis di kediamannya, Kamis (10/3).

Menurut Rangga, dana yang dikeluarkan untuk memperoleh kostum tersebut bisa beragam. Harga untuk sebuah kostum berkisar antara 50 ribu hingga diatas 6 juta rupiah, tergantung dari bahan yang digunakan. Rangga sendiri mengaku lebih memilih untuk merancang dan membuat sendiri kostum ketimbang harus membeli. “Kalau untuk beli kostum, orang kebanyakan nyari dari internet. Kalau saya biasanya beli bahan mentah, terus bikin kostumnya sendiri,” katanya.

Menjamurnya cosplay di kota Bandung sejak sekitar tahun 2004 yang lalu, ternyata mendorong sebagian anak muda untuk membentuk sebuah tim atau perkumpulan. Di Bandung sendiri, terdapat lebih dari 20 tim cosplay.

Bersama beberapa rekannya yang sama-sama penggila cosplay, Rangga juga membentuk sebuah tim yang ia namakan Autis. Disana, ia bisa bertukar pikiran dengan anggota yang lain untuk membuat sebuah desain cosplay.

Jenis atau kategori dalam cosplay ternyata juga beragam. Diantaranya ada yang disebut Cosplay Anime-Game, Cosplay Original dan Tokusatsu. Untuk koleksinya, Rangga sendiri lebih menyukai jenis Tokusatsu atau tokoh superhero Jepang. Yaitu kostum dengan bentuk robot, seperti tokoh Satria Baja Hitam, Power Ranger, dan lainnya.

Lain dengan Ardhya Budiman (29), anggota dari tim “V Cosplay” ini lebih memilih kategori Cosplay Original tiap kali mengikuti lomba-lomba Cosplay. “Dulu saya pernah menang lomba karena bikin tema superhero baru, namanya Garuda Purna Bakti,” kata Ardhya sambil menunjukan topeng khas suku Dayak yang telah dimodifikasi, saat ditemui Penulis di tempat terpisah.

Selain Tokusatsu dan Original, ada juga kategori Cosplay Anime-Game, yaitu dengan menggunakan pakaian dari tokoh animasi dan game. Misalnya dengan memerankan tokoh Doraemon, Sailormoon, Super Mario dan lainnya.

Sebagai ajang unjuk kreatifitas, di Bandung, sering juga diadakan lomba Cosplay yang seringkali dihadiri oleh berbagai tim Cosplay. Lomba tersebut bisa berupa peragaan busana, kabaret atau pembuatan film yang keseluruhannya bertema Cosplay. “Penilaian juri biasanya dari detail kemiripan kostum, penjiwaan karakter dan keunikan penampilan,”ujar Ardhya.

Kegemaran para penggila Cosplay ini, ternyata tidak hanya terbatas untuk hobi semata. Menurut menejer dari V Cosplay, Nakia Fajaradzan (26), melalui Cosplay tidak jarang mereka mendapat panggilan untuk mengisi acara. “Bajet paling kecil yang pernah kita terima untuk ngisi acara di wilayah Bandung, sekitar 2 juta. Tapi kalau di luar kota ya pasti lebih, karena dipotong biaya transportasi,” katanya.


Albiansyah

(dimuat di harian Bandung Ekspres, Edisi : Maret 2010)

Satu pemikiran pada “Cosplay, Adaptasi Budaya Jepang yang Menjadi Trand Bandung

Tinggalkan komentar