SETELAH tujuh tahun berlalu, hari Kamis, 9 Agustus 2012 kemarin, habis juga sisa-sisa angkatan 2005 di “Fakultas” Jurnalistik tercinta kita ini. Puji Tuhan, Alhamdulillah…
Sekedar curhat nih. Sebenarnya sejak sekitar pertengahan tahun 2011 lalu, anak #Jurnal05 sudah pernah diberi surat peringatan dari kampus. Seperti narapidana yang dinyatakan bebas bersyarat, kami dituntut wajib lapor ke jurusan tiap sebulan sekali. Walaupun dalam praktiknya masih banyak juga yang kabur-kaburan. Hehe…
Singkat cerita, sisa-sisa angkatan 2005 di kampus ini pun kalang kabut. Buru-buru beresin skripsi, belajar bersama menjelang sidang komprehensif, hingga akhirnya bisa berjejer menanti nasib kelulusan dihadapan regu dosen.
Berikut ini adalah sebagian dokumentasi di empat persidangan terakhir, mulai dari bulan April (wisuda saya dan Lingga) sampai sidang penutup di bulan Agustus. Sebagian foto diambil dari facebook, jepretan kamera orang (sory kl posting fotonya gak pake izin, hehe…):
Dan ini gelombang sidang terakhir buat #jurnal05. Acara yang paling rame, dan supporternya mungkin tercatat paliinnggg banyakk:
Peserta sidang terakhir ini totalnya ada 9 orang, mereka adalah Dimas Iriawan (Dimbul), Dixi, Made Desi, Diah Ayu, Prita Dwiyanti, Gilang Ramayani, Risna Ameiliya, Anggoro Suryo Jati. Alhamdulillah, semuanya (menurut saya) berjalan lancar. Walaupun kesan & pesan Pak Dandy melalui akun twitternya yang sempat berkata seperti ini:
“Teman2 #walisongo #jurnal05, dgn permasalahan masing2 dan beratnya perjalanan, selamat ya udah sampai di stage ini.. mdh2an bermanfaat…”
Dengan sidang penutup (kloter terakhir) ini, akhirnya, populasi mahasiswa Jurusan Jurnalistik angkatan 2005 dinyatakan sepenuhnya sudah PUNAH dari habitatnya di kampus!!! Yeeaahhh 🙂
Jatinangor, Oh, Jatinangor…
Ngomong-ngomong masalah lulus lama, ada beberapa keuntungan – untuk menghindari kata ‘kesialan’ – yang bisa dipetik dari perjalanan kuliah tujuh tahun di Jatinangor. Dan teman-teman yang lulus lebih cepat mungkin nggak akan bisa merasakan sensasi itu. Hehehe.
Salah satu “keuntungan” itu adalah dapat menyaksikan secara langsung pesatnya dinamika pembangunan di sepanjang kawasan Jatinangor. Mulai dari perubahan Universitas Winayamukti (Unwim) menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB), pembangunan Jatos sampai akhirnya ada bioskop didalamnya, ditutupnya gerbang Unpad sebagai jalan masuk utama menuju kampus, dipindahkannya gedung rektorat ke kawasan Jatinangor, dan lain-lain.
Menjelang kepergian saya dari Kampung Jatinangor ini, salah satu hal yang paling akan sering saya ingat adalah cerita tentang kekompakan kita. Saat-saat nongkrong bareng dibalik koridor gedung 1, begadang ngerjain tugas kelompok, berantem pas jadi panitia OJ, teler waktu makar, dan sejumlah kenangan “gila” lain yang rasanya gak mungkin bisa disebutkan satu persatu.
Kampus Fikom Unpad, beserta seluruh seluk beluknya, telah menjadi saksi bisu dari mozaik perjalanan hidup saya di Jatinangor. Waktu tujuh tahun ini telah lebih dari cukup untuk mengenal arti kata persahabatan. Seiring makin kerasnya tuntutan untuk menggapai masa depan, mungkin, intensitas bertemu pun akan semakin berkurang. Akan tetapi, semoga saja masih akan selalu tersimpan sebuah ruang untuk manis getirnya kenangan itu dalam hidup kita masing-masing.
Menutup bacotan panjang-lebar ini, saya mengucapkan banyak terimakasih buat semua sahabat-sahabat Jurnal angkatan 2005. Angkatan paling fantastis dan penuh kejutan, partner kerja yang paling tangguh, serta penyumbang ide liar yang paling brilian.
Sampai berkumpul (lagi) di dunia nyata nanti. Best Regards!***
Seru! Satu lagi keuntungannya dox: Merasakan selebrasi wisuda, yang kembali dihidupkan o/ HMJ (berawal dari gagasannya @ardhy_akmal #Jurnal05). Salut! 😀
SukaSuka
Bettuullll … 😀
SukaSuka
We definitely enjoy our time. Hooorahh!
Menyenangkan yaaaaa.. 😀
SukaSuka
Horaayyy,, dikomen sama yg punya IPK tertinggi se #Jurnal05… hehehee 😀
SukaSuka