Mari Merokok!


KALAU DIPIKIR MUNDUR, sebenarnya saya sendiri pun nggak bisa ingat, sejak kapan persisnya rokok menjadi sahabat setia saya disaat senang atau susah. Yang jelas, dalam jangka waktu lebih dari 12 tahun ini, rokok memang sudah menjadi kawan seperjuangan paling tangguh dalam kehidupan saya. Dia selalu berjasa saat saya lagi stress mikirin pelajaran di sekolah/kuliah dulu, jadi teman nongkrong, obat patah hati, multivitamin waktu lagi galau, penumbuh inspirasi menulis di depan komputer, penghilang rasa asam sehabis makan, atau bahkan penghilang bau saat lagi boker. Hehe!

Foto: jmcolberg.com

Foto: jmcolberg.com

Saya dan ribuan perokok lain yang ada di muka bumi ini juga (mungkin) sepenuhnya sadar, kalau nyatanya rokok itu membawa efek negatif buat kesehatan. Bahkan kalimat propaganda yang berbunyi: “MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN”, secara nggak sadar, sudah dapat saya talar diluar kepala.

Bukan cuma itu, saya juga tahu, kini tembakau hasil racikan PT. Gudang Garam Tbk. ini sudah menjadi salah satu kebutuhan primer dalam hidup saya. Setiap hari, selalu ada saja anggaran budget minimal sekitar Rp. 10.000,- yang saya sisihkan untuk membeli sebungkus rokok. Harganya memang murah. Tapi bayangkan, dalam satu tahun, artinya saya telah mengeluarkan uang minimal Rp. 3.600.000,- hanya untuk menikmati rokok.

Terus, kenapa saya masih merokok? Sudahlah, apa mau dikata. Mungkin ini ungkapan romantis yang sering orang-orang sebut dengan kalimat cinta mati. Ya, nggak peduli mereka bilang apa, gak peduli berapa banyak uang yang terkuras, gak peduli nanti bagaimana, gak peduli efeknya apa, yang jelas, “Aku bakal terus setia sama kamu, Rokok!”.

Saya pernah beberapa kali mencoba berkhianat dari lintingan tembakau ini. Hasilnya? Paling lama hanya bisa bertahan selama 1 bulan, dan lagi-lagi terjerumus dalam CLBK (cinta lama bersemi kembali,-red).

Positive Thinking

Beberapa waktu yang lalu, Christof Putzel, koresponden untuk Vanguard, sebuah program serial di Current TV yang berisi tentang sajian dokumenter investigasi merilis sebuah film berjudul “Sex, Lies and Cigarettes”. Film dokumenter berdurasi sekitar 42 menit ini bercerita tentang transformasi industri rokok dunia, yang kini mulai membidik segmentasi pasar di negara berkembang (terutama di Indonesia).

Dalam film tersebut, Eva Kusuma Sundari, salah satu angota DPR-RI dari fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memiliki paradigma lain dalam menilai makin maraknya industri rokok di Indonesia. Menurutnya, meski tembakau membawa dampak buruk untuk kesehatan, tidak dapat dipungkiri bahwa hingga hari ini masih sangat banyak orang yang menggantungkan hidup pada industri ini.

Coba bayangkan, di seluruh negeri, industri tembakau mempekerjakan sekitar 600.000 orang yang mencakup petani dan pekerja. Ini artinya, jika industri rokok ditutup, berapa ratus ribu orang yang akhirnya harus kehilangan sumber penghasilannya?

Oya, daripada saya harus banyak omong tentang konten dari film ini, mending langsung tonton atau sekalian download aja filmnya disini:

Menurut saya, satu hal tentang ‘manfaat’ rokok yang tampaknya luput dari perhatian film ini adalah untuk mengontrol membludaknya populasi manusia. Belum lama ini, salah satu sahabat saya, seorang calon ilmuan dari universitas terkemuka di Jawa Barat mengatakan bahwa perkembangan laju populasi manusia tumbuh dengan sangat cepat. Bahkan menurutnya, manusia merupakan mamalia yang jumlahnya menempati peringkat pertama (paling banyak) setelah tikus.

Tingginya laju kelahiran manusia yang tidak diimbangi dengan jumlah kematian, pada akhirnya membuat jumlah kebutuhan makin meningkat. Imbasnya, hutan terus dibabat untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, kuantitas kebutuhan makanan makin meningkat padahal lahan yang ada makin terbatas, kemacetan di perkotaan, peningkatan jumlah pengangguran, dan sejumlah permasalahan kompleks lain yang tentunya akan terlalu banyak kalau disebutkan satu persatu.

Mari bicara langsung ke pokok masalah! Intinya saya sudah pasti akan mati, begitu pula dengan Anda. Jadi, rasanya gak perlu takut menghadapi kematian. Namun yang menjadi masalah, seberapa lama kita akan mati? Sementara jutaan bibit manusia baru terus lahir ke muka bumi ini. Semoga saja, rokok bisa jadi solusi yang tepat untuk menuntaskan masalah over populasi manusia di muka bumi ini… Mari berpikir!***

4 pemikiran pada “Mari Merokok!

  1. Pernah nonton film “Thank You for Smoking”? (Jujur si sayah gak gitu ngerti maksud film ini.hehe). Buat saya, melihat sudut pandang tentang rokok dari perokok itu selalu menarik, walopun saya sendiri benci rokok. Hehehe. Tulisannya bagus2 by. hohoho -dedew-

    Suka

Tinggalkan komentar