Tersengat lebah atau tawon tentu merupakan pengalaman yang amat tidak menyenangkan. Dalam beberapa kasus, efek sengatan hewan dari ordo Hymenoptera ini seringkali menimbulkan gejala klinis yang bukan hanya menyiksa, tapi juga tak sedap dipandang.
Kita mungkin seringkali tertipu. Meski sepintas memiliki tampilan yang nyaris serupa, lebah dan tawon nyatanya merupakan dua jenis serangga yang berbeda.
Nah, sebelum masuk ke pembahasan lebih dalam, sebelumnya kita perlu mengetahui perbedaan keduanya untuk penanganan luka akibat sengatan. Berikut beberapa perbedaan yang saya himpun dari berbagai sumber:
LEBAH | TAWON | |
Penangkaran | Bisa ditangkarkan | Tidak bisa ditangkarkan (pemangsa alami) |
Madu | Dapat memproduksi madu | Tidak dapat memproduksi madu |
Struktur tubuh | Bertubuh gemuk | Bertubuh relatif ramping |
Lapisan kulit | Memiliki rambut tebal | Memiliki kulit halus dan berkilau, nyaris tidak berambut |
Rahang | Tidak memiliki rahang untuk menggigit | Mulutnya memiliki rahang (mandibula) untuk menggigit |
Kaki | Kaki belakang lebih besar & pipih | Semua kaki berukuran sama |
Koloni | Populasi dapat mencapai hingga sekitar 7.500 ekor/ per koloni | Populasi lebih sedikit, sekitar 10.000 ekor/ per koloni. Beberapa jenis bahkan ada yang bersifat soliter (hidup sendirian) |
Makanan | Nektar bunga dan serbuksari | Mayoritas herbivora. Namun sebagian jenis bersifat omnivora (memakan serangga lain) |
Makanan Larva | Memakan madu | Umumnya memakan daging |
Sarang | Diciptakan oleh lebah pekerja | Diciptakan oleh ratu tawon |
Kemampuan sengat | Hanya bisa menyengat sekali, kemudian mati | Dapat menyengat berulang kali |
Saya sendiri pernah merasakan tersengat oleh dua jenis serangga tersebut. Bagi saya, keduanya memiliki efek yang jauh berbeda. Entah karena perbedaan kondisi imunitas tubuh, atau kadar bisa yang masuk ke dalam tubuh saya.
Yang pertama, pengalaman tersengat lebah. Kalau saja bukan untuk kebutuhan eksistensi, mungkin insiden ini tak akan terjadi. Agak konyol, memang. Lokasinya terletak di Agro Wisata Petik Madu Rimba Raya, Lawang, Kabupaten Malang, pada akhir tahun 2016 lalu.
Tempat ini merupakan objek wisata edukasi lebah, yang telah didirikan sejak sekitar tahun 1978. Di sini, Anda bisa mempelajari berbagai hal tentang lebah, mulai dari teknik budidaya, pembentukan sarang, varietas, sifat alami, hingga tentunya soal produksi madu.
Menariknya di tempat tersebut, banyak terpampang foto orang yang tubuhnya tengah dikerumuni kawanan lebah. Sepintas, melihatnya cukup mengerikan. “Kalau pakai prosedur yang benar, sebenarnya tidak apa-apa. Asal jangan banyak bergerak,” kata Pak Hariyono meyakinkan.
Adrenalin saya terpacu. Meski sempat diliputi rasa ragu, akhirnya saya coba memberanikan diri. “Lumayan buat mejeng foto di instagram,” pikir saya saat itu. Hehehe.
Pak Haryono menyuruh saya melepas jaket. Ia kemudian memindahkan sedikit demi sedikit lebah dari tangannya ke wajah dan telapak tangan saya. Slow but sure. Saya tetap dalam posisi terdiam, mengingat pesan dari Pak Haryono bahwa saya tak boleh banyak bergerak. Hingga akhirnya, pose foto yang diharapkan pun terbigkai dengan sempurna.
Insiden sengatan lebah terjadi saat (tanpa sengaja) saya memanggil salah satu rekan. “Woi, buruan foto,” ucap saya. Tiba-tiba, rahang kanan saya merasakan sedikit sakit. Seperti tertusuk jarum kecil. Sengatan serupa nyatanya kembali berulang di beberapa titik sekitar wajah saya.
Usai beberapa pose foto berhasil diabadikan, Pak Hariyono kemudian menyingkirkan kawanan lebah tersebut dari wajah dan telapak tangan saya. Benar saja, bekas kemerahan tampak jelas di rahang dan pipi saya. Dua ekor lebah ditemukan mati mengenaskan. Rupanya, inilah lebah yang menjadi pelaku penyengatan.
“Sudah tenang saja, besok juga bekas lukanya hilang,” kata Pak Hariyono santai. Ia tampak sudah terbiasa menghadapi kondisi ini. Tak lama kemudian, ia mengoleskan cream/ salep ke bekas tempat sengatan lebah. Entah apa mereknya.
Untunglah, dengan penanganan tepat, luka sengatan lebah tersebut dapat segera teratasi. Dua – tiga hari kemudian, tidak tampak lagi adanya bekas sengatan lebah di wajah saya.
Pengalaman kedua yakni tersengat tawon. Lokasinya terletak di Jeeva Beloam Beach Camp, salah satu resort elegan yang terletak di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Konsep “back to the real nature” yang diusung terasa sangat pas dengan suasana sekitar. Lokasinya terletak di belantara pepohonan. Sangat jauh dari hingar bingar perkotaan.
Arsitektur penginapan didesain menyerupai rumah adat Suku Sasak. Hampir seluruh konstruksi bangunan di Jeeva Beloam Beach Camp terbuat dari kayu. Bedanya, fasilitas yang tersedia sekelas dengan hotel bintang empat. Tepat di depan penginapan, mata kita akan langsung termanjakan dengan panorama pantai yang menawan. Private beach.
Jangan heran bila banyak kawanan monyet (Macaca fascicularis) yang tampak berkeliaran di lingkungan sekitar. Vegetasi alam yang terjaga dengan baik, menjadi salah satu alasan beberapa spesies hewan diam-diam turut menghuni lokasi ini. Termasuk juga, tawon yang menyengat tangan kanan saya saat itu. SIAL!
Insiden terjadi pada pagi hari, saat saya hendak keluar ruangan. Ketika tengah membuka pintu dengan sedikit tergesa, tanpa disadari, ternyata seekor tawon tengah bertengger pada gagang pintu. Ia langsung menyengat tangan saya bertubi-tubi. Rasanya jauh lebih menyakitkan daripada tersengat lebah seperti yang saya ceritakan sebelumnya.
Selang beberapa jam kemudian, gejala klinis mulai tampak jelas. Tangan saya bengkak dan mulai kebas, tak bisa mengepal dengan sempurna. Rasanya sungguh tak nyaman. Local guide yang mendampingi perjalanan saya menyarankan untuk mengoleskan balsam di sekitar bekas luka dan telapak tangan. Namun tetap tak ada perubahan.
Hari kedua, bengkak di tangan saya belum juga kempis.Rasa nyeri justru makin menjadi-jadi, disertai sedikit demam. “Udah mirip sarung tinju tangan loe,” kata salah satu rekan berkelakar.
Saya akhirnya menyerah di hari ketiga. Diantar beberapa rekan, saya langsung pergi ke Rumah Sakit Harapan Keluarga di Mataram, NTB. Dokter yang menangani saya memberi obat radang, anti inflamasi, pereda nyeri, serta salep yang harus dioleskan ke bekas luka.
Ajaib. Keesokan harinya, bengkak di tangan saya tampak sedikit mengempis. Rasa nyeri pun berangsur reda. Alhamdulillah.
Tapi penderitaan belum berakhir. Setibanya di Jakarta, sejumlah laporan telah menunggu untuk diselesaikan. Sangat sulit rasanya mengetik, dengan kondisi bengkak di tangan kanan yang belum sepenuhnya pulih. Banyak typo yang dihasilkan, karena jari berukuran jumbo ini sering meleset dalam menekan tombol keyboard. Damn!!!***
Baru tau lebah sama tawon beda… Ka mana wae urang.
SukaSuka
Hahaha… Urang oge karek apal pas di peternakan lebah eta yos.
SukaSuka